MAKALAH
TEORI
BEHAVIORAL
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Model-Model
Konseling
Dosen Pengampu : Rela Amalia, S.Pd
OLEH :
Kelas 4 C
1. Hasan
Basri (1111500189)
2. Imas
Maspupatun (1111500194)
3. Muh.
Ari K.Y (1111500121)
4. Winda
Puji Asih (1111500165)
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENNDIDIKAN
2012
A. Sejarah
Perkembangan
Perkembangan koseling behavioral
bertolak dari perkembanngan
aliran behavioristik dalam perkembangan
psikologi yang menolak
pendapat aliran
strukturalisme yang berpendapat bahwa
mental, pikiran dan
perasaan hendaknya ditemukan
terlebih dahulu bila perilaku manusia ingin difahami, maka munculah teori
introspeksi. Aliran Behaviorisme menolak
metode introspeksi dari
aliran strukturalisme dengan sebuah
keyakinan bahwa menurut
para behaviorist metode
introspeksi tidak dapat menghasilkan
data yang objektif,
karena kesadaran menurut
para behaviorist adalah
sesuatu yang tidak
dapat diobservasi secara langsung, secara
nyata (Walgito,2002:53). Bagi
aliran Behaviorisme yang
menjadi focus perhatian adalah
perilaku yang tampak,
karena persoalan psikologi
adalah tingkah laku, tanpa
mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai
kesadaran dan mentalitas.
Pada awalnya behaviorisme
lahir di Rusia dengan tokohnya Ivan Pavlov, namun pada saat
yang hamper bersamaan
di Amerika behaviorisme
muncul dengan salah satu tokoh utamanya John B. Watson.
Watson memandang Inti dari behaviorisme adalah memprediksi dan mengontrol
perilaku. Karyanya diawali dengan artikelnya psychology as the behaviorist
views it pada tahun 1913. Di dalam artikelnya tersebut Watson mengemukakan
pandangan behavioristiknya yang membantah pandangan strukturalisme dan
fungsionalisme tentang kesadaran. Menurut Watson (behaviorist view) yang
dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran, kaena kesadaran
adalah sesuatu yang tidak dapat
diobservasi secara langsung, secara
nyata. Metode-metode obyektif Watson lebih banyak menyukai studi
mengenai binatang dan anak-anak, seperti sebuah studi yang ia lakukan dalam
pengkondisian rasa takut pada anak-anak.
B. Konsep
Dasar Konseling Behavioral
Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya
dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia
memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan
interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian.
Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan
macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.
Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi
dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar :
a)
Pembiasaan
klasik, yang
ditandai dengan satu stimulus yang menghasilkan satu respon. Misalnya bayi
merespon suara keras dengan takut.
b)
Pembiasaan
operan, ditandai
dengan adanya satu stimulus yang menghasilkan banyak respon. Pengondisian
operan memberikan penguatan positif yang bisa memperkuat tingkah laku.
Sebaliknya penguatan negative bisa memperlemah tingkah laku.
c)
Peniruan, orang tidak
memerlukan reinforceman agar bisa memiliki tingkah laku melainkan ia meniru.
Syarat dalam meniru tingkah laku yaitu:
a. Tingkah laku
yang ditiru memang mampu untuk ditiru oleh individu yang bersangkutan
b. Tingkah laku
yang ditiru adalah perbuatan yang dinilai public positif.
Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh
kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya.
Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar
melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi
dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.
C. Hakikat
Manusia
Hakikat manusia dalam
pandangan para behavioristik adalah pasif dan
mekanistis, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram
sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya. Lebih jelas lagi Muhamad
Surya (1988:186) menjelaskan tentang hakikat manusia dalam pandangan teori behavioristic sebagai berikut : dalam teori
ini menganggap manusia bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan
dengan kontrol terbatas, hidup dalam alam deterministic dan sedikit
peran aktifnya dalam memilih
martabatnya. Manusia memulai kehidupnya dengan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian
membentuk kepribadian. Perilaku
seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam
situasi hidupnya. Konseling behavioral ini berpandangan bahwa manusia itu:
a)
Lahir dalam mempunyai bawaan netral, artinya manusia itu berhak untuk berbuat
baik/buruk/jahat.
b) Lahir dengan membawa
kebutuhan dasar dan dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan.
c)
Kepribadian manusia berkembang atas dasar interaksi dengan
lingkungannya.
d)
Mempunyai tugas untuk berkembang melalui kegiatan belajar.
e) Manusia dapat mempengaruhi
dan dipengaruhi lingkungan.
D. Hakekat
Konseling
Hakikat konseling menurut
Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar
bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal, emosional, dan
pengambilan keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk
mempelajari tingkah laku baru yang sesuai.
Konseling dilakukan dengan
menggunakan prosedur tertentu dan sistematis yang disengaja secara khusus untuk
mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama
konselor dan konseli. Prosedur konseling dalam pendekatan behavior adalah ;
penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi strategi, dan
eveluasi perilaku. Dengan prosedur tersebut konseling/terapi behavior
berorientasi pada pengubahan tingkah laku yang maladaptif menjadi adaptif.
E. Tujuan
Konseling
Sesuai dengan namanya maka
tujuan konseling behavioral yaitu membantu menciptakan kondisi dan lingkungan
baru agar klien mampu belajar merubah perilakunya dalam rangka memecahkan
masalah yang dihadapi. Tujuan konseling
behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang
di antaranya :
a)
Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
b)
Mengahapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (tidak
baik) untuk digantikan dengan
tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif, memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan
c)
Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari
d)
Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran
dilakukan bersama antara konseli dan konselor
F. Karakteristik
1.
berfokus pada
tingkah laku yang tampak dan spesifik karena Kebanyakan prilaku manusia dipelajari
dan karena itu dapat diubah
2.
Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan
individual dapat membantu dalam mengubah prilaku-prilaku yang relevan.
Prosedur-prosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan yang relevan
dalam prilaku klien dengan mengubah lingkungan.
3.
Prinsp-prinsip belajar spesial seperti “reinforcement”
dan “social modeling”, dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur
konseling.
4.
Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari
perubahan dalam prilaku-prilaku khusus di luar wawancara prosedur-prosedur
konseling.
5.
Prosedur-prosedur konseling tidak statis, tetap atau
ditentukan sebelumnya, tetapi dalam secara khusus didesain untuk membantu klien
dalam memecahkan masalah khusus
G. Peran Dan
Fungsi Konselor
Konselor dalam behavior
therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiagnosa tingkah laku yang
tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor
secara khusus diantaranya :
1.
Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor
dapat membantu pemecahannya atau tidak.
2.
Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan
konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
3.
Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas
hasil-hasilnya.
H. Hubungan
Konselor Dengan Klien
Dalam konseling behavioral
klien dan konselor aktif terlibat di dalamnya. Klien secara aktif terlibat
dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan
bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting klien
dalam konseling adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku
baru yang bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya
serta dapat menerapkan perilaku tersebut dalah kehidupan sehari-hari.
Situasi Hubungan Dalam terapi behavioral,
hubungan antara terapis dan klien dapat memberikan kontribusi penting bagi
perubahan perilaku klien. Hubungan terapis sebagai fasilitator terjadinya
perubahan. Sikap konselor seperti empati, permisif, acceptance dianggap sebagai
hal yang harus ada, namun tidak cukup untuk bisa menciptakan perubahan
perilaku. Pemecahan masalah bukan pada pentingnya hubungan, namun peranan hubungan
sebagai landasan strategi konseling untuk membantu klien berubah sesuai dengan
arah yang dikehendaki.
I. Tahap
Konseling
1.
Tahap Penilaian (Assesmen)
Yaitu tahapan yang
mensyaratkan konselor mampu untuk memahami karakteristik klien beserta
permasalahannya secara utuh (mencakup aktivitas nyata, perasaan, nilai-nilai
dan pemikirannya). Sehubungan dengan hal ini, maka konselor harus terampil
dalam mengumpulkan berbagai informasi/data klien, instrumen yang digunakan dan
sumber data yang valid.
2.
Tahap Penetapan
tujuan (Goal setting)
Yaitu antara konselor dan
klien menetapkan tujuan konseling berdasarkan analisis dari berbagai
informasi/data. Dalam tahap ini telah disepakati kriteria perubahan tingkah
laku yang perlu dilakukan klien dalam rangka memecahkan masalahnya.
3.
Tahap Penerapan
teknik (Techniques implementation)
Yaitu penerapan ketrampilan
dan teknik-teknik konseling dalam upaya membantu klien mengatasi masalahnya
(merubah perilakunya). Dalam hal ini disamping harus menguasai konsep dasar
konseling behavior, konselor harus benar-benar mampu menerapkan berbagai teknik
konseling.
4.
Tahap evaluasi
dan terminasi (Evaluation and Termination)
Yaitu tahapan dimana
seorang konselor mengetahui perubahan perilaku klien sebagai tolok ukur proses
konseling berlangsung. Terminasi, yaitu pemberhentian proses konseling yang
bertujuan untuk:
a)
Menguji apa yang dilakukan klien pada dekade terakhir.
b)
Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan
c)
Membantu klien mentransfer apa yang dipelajari klien
d) Memberi jalan untuk
memantau tingkah laku klien secara berkelanjutan.
J. Teknik
Konseling
1.
Desentisasi sistematik (Systematic desensitization)
teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang
mengatakan bahwa semua perilaku neurotic adalah ekspresi dari kecemasan dan
respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi dengan menemukan respon yang
antagonistik (keadaan relaksasi).
2.
Latihan Asertif (Assertive training)
yaitu konseling yang
menitik beratkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak
sesuai dalam menyatakannya (misalnya: ingin marah tetapi tetap berespon manis).
Pelaksanaan teknik ini ialah dengan role playing (bermain peran).
3.
Terapi Aversi (Aversion therapy )
Teknik ini bertujuan untuk
menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku yang positif. Dalam hal
ini konselor dapat menerapkan punishment (sangsi) dan reward (pujian/hadiah)
secara tepat dan proposional terhadap perubahan perilaku klien.
4.
Terapi implosif dan pembanjiran
Teknik ini terdiri atas
pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian penguatan.
Teknik pembanjiran ini tidak menggunakan agen pengkondisian balik maupun
tingkatan kecemasan. Terapis memunculkan stimulus-stimulus penghasil kecemasan,
klien membayangkan situasi, dan terapis berusaha mempertahankan kecemasan
klien.
5.
Pekerjaan Rumah (Home work)
Teknik ini berbentuk suatu
latihan/ tugas rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap
situasi tertentu, caranya dengan memberikan tugas rumah (untuk satu minggu),
misalnya: tidak menjawab apabila klien dimarahi ibunya atau bapaknya.
K. Kelebihan
Dan Kekurangan
·
Kelebihan
1.
Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan
menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses koseling
2.
Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat
diukur
3.
Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang
dan bukan pada perilaku yang terjadi dimasa datang.
· Kelemahan
4.
Kurangnya kesempatan bagi klien untuk terlibat kreatif dengan
keseluruhan penemuan diri atau aktualisasi diri
5.
Kemungkinan terjadi bahwa klien mengalami “depersonalized” dalam
interaksinya dengan konselor.
6.
Keseluruhan proses mungkin tidak dapat digunakan bagi klien yang
memiliki permasalahan yang tidak dapat dikaitkan dengan tingkah laku yang
jelas.
7.
Bagi klien yang berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan
tujuan hidup mereka, tidak dapat berharap banyak dari konseling behavioral.
A. Kesimpulan
Konseling Behavioral adalah salah satu
dari teori-teori konseling yang ada pada saat ini. Konseling behavioral
merupakan bentuk adaptasi
dari aliran psikologi behavioristik, yang menekankan
perhatiannya pada perilaku yang tampak. Hal
yang paling mendasar
dalam konseling behavioral
adalah penggunaan
konsep-konsep behaviorisme dalam
pelaksanaan konseling, .
Tujuan konseling behavioral yaitu membantu menciptakan kondisi dan
lingkungan baru agar klien mampu belajar merubah perilakunya dalam rangka
memecahkan masalah yang dihadapi. Klien menghadapi masalah karena salah dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau masalah itu timbul karena terjadi
penyimpangan perilaku dari apa yang seharusnya ia lakukan. Maka melalui
konseling behavioral ini klien diharapkan mampu untuk meningkatkan ketrampilan
sosial, memperbaiki tingkah lakunya yang menyimpang dan mengembangkan
keterampilan self manajemen dan self control.
B. Saran
Bentuk terapi konseling yang dibahas dalam makalah singkat ini dapat
digunakan untuk terapi klien yang mengalami permasalahan dalam bertingkah laku.
Dalam penerapan model konseling ini hendaknya konselor memiliki keahlian dan
kerampilan yang benar-benar sesuai dan profesional pada bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pujosuwarno, Sayekti dkk, (1993), Berbagai Pendekatan Dalam Konseling.
Yogyakarta: Menara Mos Offset.
Surya, H. Muhamad, (2003), Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka
Bani Quraisy.
(2013) makalah teori dan
pendekatan konseling, http://kandidatkonselor.blogspot.com/2013/01/makalah-teori-dan-pendekatan-konseling.html
Akhmad Sudrajat (2008), pendekatan konseling behavioral http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/
manyusssss
BalasHapusyoyoy
BalasHapusbagus.......
BalasHapusMaju Terus Konselor Indonesia
BalasHapusmakalahe Q kue ... wah plagiatisme ...
BalasHapus