BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Usaha
yang di lakukan manusia dalam membantu masalah manusia tidak mungkin tanpa
mengenal dengan baik tentang manusia itu sendiri.Unik dan rumitnya perilahal
manusia sebagai makhluk individu, telah melahirkan bermacam-macam konsep dan
pandangan.Toeri humanistik di kembangkan oleh Maslow tahun 1908-1970 di Amerika
serkat.
Dasar
falsafahnya Phenomenology yang
menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik dan layak di hormati dan mereka
akan bergerak ke arah realisasi potensi-potensi mereka, manakala kondisi
lingkungannya memberikan kemungkinan. Psikoterapai Humanistik membicarakan
kepribadian manusia di tinjau dari segi self dasi akunya.Konnsep utama yang
anut adalah usaha untuk mengerti manusia sebagai mana adanya, mengetahui mereka
dari realitasnya, melihat dunia sebagai mana mereka melihatnya, memahami mereka
bergerak dan mempunyai keberadaan yang unik, kongkrit dan berbeda dari teori
yang abstrak.Teori humanistik di katakan demikian, karena menekankan
kemampuan-kemampuan yang khas manusiawi.Manusia mempunyai kemampuan untuk
refleksi diri, kemampuan aktualisasi potensi-potensi kreatif dan juga ke
khususan manusia, yaitu menentukan bagi dirinya sendiri secara aktif.
B.
Rumusan masalah
1.
Konsep dasar / landasan historis
2.
Hakekata manusia
3.
Hakekat konseling
4.
Tujuan konseling
5.
Karakteristik konseling
6.
Peran dan fungsi konselor
7.
Hubungan konselor dengan klien
8.
Tahap konseling
9.
Teknik konseling
10. Kelebihan
dan keterbatasan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Konsep Dasar
Psikologi
humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun
1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang
pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti :
Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi
profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan
manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan,
cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Abraham
Maslow Yang terkenal dengan teori aktualisasi diri di lahirkan di
New York pada tahun 1908. Ia meninggal di Calivornia pada tahun1907. Maslow
seorang anak yang pandai mejalani hubungan yang baik dengan ibunya yang
otoriter yang sering kali melakukan tindakan aneh. Ia menggambarkan dirinya
pada masa kecil sebagai seorang yang pemalu,kutu buku dan neurotic.
Tetapi ,maslow tidak selamanya menjadi neurotic dan benci pada dirinya
sendiri. Ia sepenuhnya menyadari potensinya ,dan menjadi psikilog humanisme
terkenal yang mengispirasi banyak perubahan masyarakat kearah yang positif.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan
tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi
dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat
dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi,
tujuan dan pemaknaan.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan
psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya
telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang,
yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Menurut Maslow,
yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya.
Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada
berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit”. Pendekatan ini melihat kejadian
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia.
Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas
manusia alih – alih suatu system teknik – teknik yang digunakan untuk
mempengaruhi klien. Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan
terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi – terapi yang
berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep – konsep dan asumsi – asumsi
tentang manusia.
Teori
dan Pendekatan Konseling Eksistensial-humanistik berfokus
pada diri manusia. Pendeka tan
ini mengutamakan suatu sikap yang
menekankan pada pemahaman atas manusia. Terapi
eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa
lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan
tanggung jawab berkaitan. Pendekatan Eksisteneial-Humanistik
dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik
yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan
terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi
tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup
terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi
tentang manusia.
Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi manusia
yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan
nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur
dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada
sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian,
dan kecenderungan mengaktualkan diri. Pendekatan ini
memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang
penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses
teurapeutik.
Terapi
eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan
kesadaran diri sebelum bertindak.Kesadaran diri berkembang sejak
bayi.Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing
individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu, yang
berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu, akan lebih
meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta bertanggung
jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.
Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari
pendekatan eksistensial yaitu :
1.
Kesadaran
diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan
memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin
besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih
alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka
pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
2.
Kebebasan,
tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan
yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa
diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak
terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi
kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu
pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan
potensi – potensinya.
3.
Penciptaan
Makna
Manusia itu unik, dalam
artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan
nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia
memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang
bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan
hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan
kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan
potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.
Konsep dasar menurut Akhmad Sudrajat adalah :
1)
Manusia
sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan
yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap
orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
2)
Manusia
tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu
manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju
aktualisasi diri.
3)
Setiap
orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas
merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self
expression.
Menurut
Akhmad Sudrajat individu
yang salah suai tidak dapat mengembangkan potensinya. Dengan kata lain,
pengalamannya tertekan.
2.
Hakekat Manusia
Gerakan eksistensial berarti rasa hormat pada seseorang, menggali aspek
baru dari perilaku manusia dan metode memahami manusia yang beraneka ragam.
Falsafah eksistensial memberikan landasan bagi pendekatan terapeutik yang
memfokuskan pada individu-individu yang terpecah serta bersikap asing antara
satu dengan yang lain yang tidak melihat adanya makna dalam lingkungan keluarga
serta system sosial yang ada pada waktu itu. Falsafah itu timbul dari keinginan
untuk menolong orang dalam mengarahkan perhatian pada tema dalam hidup. Yang
diperhatikan adalah orang-orang yang mengalami kesulitan dalam hal mendapatkan
makna dari tujuan hidup dan dalam hal mempertahankan identitas dirinya (Holt,
1986).
Fokus yang sekarang menjadi arah pendekatan eksistensial adalah rasa kesendirian
di dunia dan usaha menghadapi kecemasan akan isolasi ini. Daripada berusaha
untuk mengembangkan aturan-aturan bagi terapi, maka sebagai gantinya para
praktisi eksistensial berusaha keras untuk memahami pengalaman manusia yang
dalam ini. (May & Yalom, 1989).
Pandangan eksistensial akan sifat manusia ini sebagian dikontrol oleh
pendapat bahwa signifikansi dari keberadaan kita ini tak pernah tetap,
melainkan kita secara terus menerus mengubah diri sendiri melalui proyek-proyek
kita. Manusia adalah makhluk yang selalu dalam keadaan transisi, berkembang,
membentuk diri dan menjadi sesuatu. Menjadi seseorang berarti pula bahwa kita
menemukan sesuatu dan menjadikan keberadaan kita sebagai sesuatu yang wajar.
Ø Pandangan manusia menurut teori Humanistik:
1.
Filsafat
Eksistensialis memandang manusia sebagai indvidu dan merupakan problema yang
unik dari existensi kemanusiaan. Manusia merupakan seorang yang ada, yang sadar
dan waspada akan keberadaanya sendiri. Setiap orang menciptakan tujuannya
sendiri dengan segala kreatifitasnya, menyempurnakan esensidan fakta
existensinya.
2.
Bahwa
manusia sebagai makhluk hidup, menentukan apa yang ia kerjakan dan yang tidak
ia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa
yang ia inginkan. Jadi yang pokok adalah apakah seorang berkeinginan atau tidak
sebab filsafat eksistensialis percaya bahwa setiap orang bertanggung jawab atas
segala tindakannya. Dengan kata lain setiap individu merupakan penentu utama
akan tingkah laku dan pengalamannya.
3.
Teori
humanistik mendsar pendapat bahwa manusia tidak pernah statis , ia selalu
menjadi sesuatu yang berbeda . untuk menjadi sesuatu ini maka manusia mesti
berani menghancurkan pola – pola lama, berdiri pada kaki sendiri dan mencari
jalan, kearah manusia yang baru dan lebih besar menuju aktualisasi diri.
4.
Menekankan
pada kesadaran manusia, pengalaman personal yang berhubungan dengan eksistensi
dalam dunia orang lain.
3. Hakekat
Konseling
Hakikat konseling
eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya
menjadi manusia. Eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa
kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan
yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling
eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien.Kualitas dari dua orang
yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya
perubahan yang positif.
1.
Pendekatan ini berasal dari motivasi
dalam diri yang rumit dan dinamis. Inilah yang membedakan teori ini dengan
teori yang mencari struktur dalam diri individu atau struktur reinforcement
dari lingkungan. Namun teori eksitensial dan humanistic menyetujui adanya
kehendak bebas dan juga kreativitas nyata, dan pemenuhan diri.
2.
Pendekatan eksitensial tidak selalu merupakan
pendekatan idiografis; mereka menganggap pengalaman setiap orang unik. Filsuf
beraliran eksitensial menyatakan bahwa individu secara lansung bertanggung
jawab atas kepribadian. Bagaimana saya menghadapi cinta , etika, kecemasan ,
kebebasan, dan kematian . apakah saya akan membiarkan aliensi menggelamkan saya
dalam kesengaraan mendalam , atau akankah saya memakai kehendak bebas untuk
melawannya dan mencapai aktualisasi diri, ciri mendasar dari dilemma
eksitensial adalah adanya kemungkinan tercapainya kemenangan jiwa manusia.
3.
Pendekatan humanistic , yang didasarkan
pada eksitensialisme tetapi menolak pesimisme, adalah pendekatan yang paling
optimis terhadap kepribadian yang memandang manusia dan permasalahan spiritual
secara positif. Orientasi humanistic maslow , yang mempelajari individu yang
sudah sepenuhnya dewasa dan utuh , membuat psikologi kepribadian memberikan
atensi pada aspek positif dan spiritual teersebut. Tetapi, inkonsistensi dan
ambiguitas dalaam teori Maslow membuat kontribusinya lebih seperti pandangan
yang memberikan pengaruh besar , alih-alih sebuah teori yang solid.
4.
Pendekatan humanistic terhadap
kepribadian bermanfaat bagi penelitian lintas budaya dan penelitian tentang
kelompok etnik, suatu kebutuhan yang ditekankan dalam buku ini. Banyak psikolog
eksitensial- humanistic terkejut secara pribadi dan secara intelektual- oleh
aliran fasisme pada tahun 1930-1940.
5.
Pendekatan humanistic terhadap
kepribadian memiliki dampak praktis dan berkesenambungan pada masyarakat umum
dalam hal persaingan diri. Saat ini ,tidaklah aneh apabila seorang pekerja (
atau bahkan sekelompok rekan kerja) pada suatu waktu ingin mengasingkan diri.’’
Peristirahatan’’ ini berbeda dengan liburan atau tamasya. Selama mengasingkan
diri kita mungkin menenangkan diri dilokasi yang indah, berusaha mengenali
perasaan kita , memperbaruhi cinta kita untuk pasangan , menciptakan music atau
melakukan hal kreatif lainnya, berlatih, mungkin juga bermeditasi atau berdo’a.
aktivitas tersebut berasal dari asumsi humanistic bahwa setiap individu
memiliki otensi diri unik yang akan muncul apabila dikembangkan dengan baik.
6.
Psikologi kepribadian humanistic tidak
hanya berbeda dengan pendekatan lain dalam pokok permasalan dan filsafatnya,
tetapi juga dalam ideologinya. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat
kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka
cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah
manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan
rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih
potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab
terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka.
7.
Terapi
eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan
kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap
kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia
bertanggung jawab atas dirinya.
8.
Menurut
kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial
humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif
individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah
baru dalam hidup.
9.
Sedangkan menurut W.S Winkel, Terapi
Eksistensial Humanistik adalah Konseling yang menekankan implikasi – implikasi
dan falsafah hidup dalam menghayati makna kehidupan manusia di bumi ini.
Konseling Eksistensial Humanistik berfokus pada situasi kehidupan manusia di
alam semesta, yang mencakup tanggungjawab pribadi, kecemasan sebagai unsur
dasar dalam kehidupan batin. Usaha untuk menemukan makna diri kehidupan
manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain, kematian serta
kecenderungan untuk mengembangkan dirinya semaksimal
mungkin.
4. Tujuan
Konseling
Menurut Gerald Corey,
(1988:56) ada beberapa tujuan terapeutik yaitu :
a. Agar klien mengalami keberadaannya
secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi – potensi serta
sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
Keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”.
Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
1)
Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang,
2)
Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan
3)
Memikul tanggung jawab untuk memilih.
b. Meluaskan kesadaran diri klien, dan
karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan
bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c. Membantu
klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri,
dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan –
kekuatan deterministic di luar dirinya.
Tujuan
Konseling menurut Akhmad Sudrajat yaitu :
1.
Mengoptimalkan kesadaran individu akan
keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa adanya. Saya adalah
saya.
2.
Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi
cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang
tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri
dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.
3.
Menghilangkan hambatan-hambatan yang
dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya.
4.
Membantu individu dalam menemukan
pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.
5. Karakteristik
Konseling
Adapun karakteristik dari terapi
eksistensial humanistik adalah sebagai berikut:
1. Eksistensialisme
bukanlah suatu aliran melainkan suatu gerakan yang memusatkan penyelidikannya
manusia sebagai pribadi individual dan sebagai ada dalam dunia (tanda sambung
menunjukkan ketakterpisahan antara manusia dan dunia).
2. Adanya dalil-dalil yang melandasi yaitu:
a.
Setiap manusia unik dalam kehidupan batinnya, dalam mempersepsi dan
mengevaluasi dunia, dan dalam bereaksi terhadap dunia
b.
Manusia sebagai pribadi tidak bisa dimengerti ddalam kerangka fungsi-fungsi
atau unsur-unsur yang membentuknya.
c.
Bekerja semata-mata dalam kerangka kerja stimulus respons dan memusatkan
perhatian pada fungsi-fungsi seperti penginderaan, persepsi, belajar,
dorongan-dorongan, kebiasaan-kebiasaan, dan tingkah laku emosional tidak akan
mampu memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman manusia
3.
Berusaha
melengkapi, bukan menyingkirkan dan menggantikan orientasi-orientasi yang ada
dalam psikologi
4. Sasaran eksistensial adalah
mengembangkan konsep yang komperehensif tentang manusia dan memahami manusia
dalam keseluruhan realitas eksistensialnya, misalnya pada kesadaran,
perasaan-perasaan, suasana-suasana perasaan, dan pengalaman-pengalaman pribadi
individual yang berkaitan dengan keberadaan individualnya dalam dunia dan
diantara sesamanya.
5.
Tujuan utamanya adalah menemukan kekuatan dasar, tema, atau tendensi dari
kehidupan manusia, yangdapat dijadikan kunci kearah memahami manusia.
6.
Tema-temanya adalah hubungan antar manusia, kebebasan, dan tanggung jawab,
skala nilai-nilai individual, makna hidup, penderitaan, keputusasaan, kecemasan
dan kematian.
6. Peran dan
Fungsi Konselor
Menurut Buhler dan
Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup
hal-hal berikut :
1.
Mengakui pentingnya pendekatan dari
pribadi ke pribadi
2.
Menyadari peran dari tanggung jawab
terapis
3.
Mengakui sifat timbal balik dari
hubungan terapeutik
4.
Berorientasi pada pertumbuhan
5.
Menekankan keharusan terapis terlibat
dengan klien sebagai suatu pribadi
6.
Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir
terletak ditangan klien.
7.
Memandang terapis sebagai model, dalam
arti bahwa terapis dengan gaya
Hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif
Hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif
8.
Mengakui kebebasan klien untuk
mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
9.
Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan
klien serta meningkatkan kebebasan
klien
Peran dan Fungsi konselor sebagai berikut :
1. Memahami dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan mengambil
keputusan atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang.
2. Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang agar
klien memahami dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri sendiri.
3. Konselor sebagai fasilitator memberi dorongan dan motivasi agar
klien mampu memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality.
4. Membentuk kesempatan seluas – luasnya kepada klien, bahwa putusan akhir
pilihannya terletak ditangan klien.
Dalam buku Gerald Corey, May (
1961 ) memandanga tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar
menyadari keberadaanya dalam dunia : “Ini adalah saat ketika pasien melihat
dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan
sebagai subyek yang memiliki dunia”.
7. Hubungan
Konselor dengan Klien
Dalam membicarakan masalah hubngan pertologan dari teori Humanistik ini,
dikemukakan ciri - ciri hubungan
konselor dan konseli sebagai berikut:
1.
Adanya
hubungan psikologis yang akrab antara konselor dan klien.
2.
Adanya
kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problemnya dan apa yang
diinginkan.
3.
Konselor
berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu
dengan tanpa memberikan sanggahan.
4.
Unsur
menghargai dan menghormati keadaan diri individu merupakan kunci atau dasar
yang paling menentukan dalam hubungan yang diadakan.
5.
Pengenalan
tentang keadaan individu sebelumnya juga keadaan lingkungannya sangat diperlukan
oleh konselor.
Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial adalah hubunganya
dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi
terapeutik merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Konselor
percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang
kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan.
Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu
perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan
dirasakan klien.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati
yang tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik.
May dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas
konselor untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara
penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing
klien untuk berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab
berhubungan dengan si klien itu (Yalom, 1980).
Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa saling menghormati, yang
mencakup kepercayaan akan potensi klien untuk secara otentik menangani
kesulitan mereka dan akan kemampuan mereka menemukan jalan alternatif akan keberadaan
mereka. Sidney Jourad (1971) mendesak konselor untuk mengajak klien mereka
benar-benar menunjukkan keotentikan dirinya melalui perilaku yang otentik dan
pengungkapan diri. Oleh karena itu konselor mengajak klien untuk tumbuh dengan
mencontoh perilaku otentik. Mereka bisa menjadi transparan apabila dianggap
cocok untuk diterapkan dalam hubungan itu, dan sifat kemanusiaannya bisa
menjadi stimulus untuk diambil potensi riilnya oleh klien.
Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensial. Penekanan
diletakkan pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih – alih pada
teknik-teknik yang mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman
klien sekarang, bukan “masalah” klien. Hubungan dengan orang lain dalam
kehadiran yang otentik difokuskan kepada “di sini dan sekarang”. Masa lampau
atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan langsung (Gerald
Corey.1988:61).
Ø Pola hubungan :
1. Hubungan klien adalah hubungan kemanusiaan. Konselor berstatus sebagai
partner klien, setara dengan klien sehingga hubungannnya berada dalam situasi
bebas tanpa tekanan.
2. Klien sebagai subjek bukan obyek yang dianalisis dan didiagnosis.
3. Konselor harus terbuka baik kepribadiannya dan tidak pura – pura.
8. Tahap
Konseling
1.
Tahap Awal
Ada tiga tahap dalam proses
konseling eksistensial-humanistik. Selama tahap pendahuluan, konselor membantu
klien dalam hal mengidentifikasi dan mengklarifikassi asumsi mereka terhadap
dunia. Klien diajak untuk mendefinisikan dan menanyakan tentang cara mereka
memandang dan menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Mereka meneliti nilai
mereka, keyakinan, serta asumsi untuk menentukan kesahihannya. Bagi banyak
klien hal ini bukan pekerjaan yang mudah oleh karena mereka mungkin pada
awalnya memaparkan problema mereka sebagai hamper seluruhnya sebagai akibat
dari penyebab eksternal. Mereka mungkin berfokus pada apa yang orang lain
“jadikan mereka merasakan sesuatu” atau betapa orang lain bertanggung jawab
sepenuhnya akan apa yang mereka lakukan atau tidak lakukan. Konselor mengajar
mereka bagaimana caranya untuk becermin pada eksistensi mereka sendiri dan
meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup.
2.
Tahap Pertengahan
Pada tahap tengah dari
konseling eksistensial, klien didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi
meneliti sumber dan otoritas dari system nilai mereka. Proses eksplorasi diri
ini biasanya membawa klien ke pemahaman baru dan beberapa restrukturisasi dari
nilai dan sikap mereka. Klien mendapatkan cita rasa yang lebih baik akan jenis
kehidupan macam apa yang mereka anggap pantas. Mereka mengembangkan gagasan
yang jelas tentang proses pemberian nilai internal mereka.
3.
Tahap Akhir
Tahap terakhir dari
konseling eksistensial berfokus pada menolong klien untuk bisa melaksanakan apa
yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran terapi adalah
memungkinkan klien untuk bisa mencari cara pengaplikasian nilai hasil
penelitian dan internalisasi dengan jalan yang kongkrit. Biasanya klien
menemukan kekuatan mereka dan menemukan jalan untuk menggunakan kekuatan itu
demi menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.
Adapun beberapa tahap lain yang dapat dilakukan oleh terapis
dalam terapi eksistensial antara lain :
1)
Terapis menunjukkan kepada klien untuk
meningkatkan kesadaran diri atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, dan
tujuan-tujuan pribadi. Serta menunjukkan bahwa harus ada pengorbanan untuk
mewujudkan hal itu.
2)
Terapis membantu klien dalam menemukan
cara-cara klien menghindari penerimaan kebebasannya, dan mendorong klien
belajar menanggung resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan
kebebasannya.
3)
Terapis membantu klien untuk
membangkitkan keberaniannya mengakui ketakutannya, mengungkapkan ketakutannya,
dan kemudian mengajak klien untuk tidak bergantung dengan orang lain secara
neurotik.
4)
Terapis membantu klien dalam menciptakan
suatu sistem berlandaskan cara hidup yang konsisten.
5)
Terapis membantu klien untuk menemukan
makna hidupnya
6)
Terapis membantu klien untuk
mentoleransi segala bentuk ketakutan dan kecemasan sebagai bentuk pembelajaran
yang penting dalam hidup
7)
Terapis mendorong atau memotivasi
kliennya untuk mewujudkan aktualisasi dirinya
9. Teknik
Konseling
Teori
humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan
secara ketat.Prosedur-prosedur konseling bisa diambil dari beberapa teori konseling
lainnya. Tugas konselor
disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya
dapat bermakna apabila ia memaknainya. Serta membantu individu menyadari diri
sesungguhnya dapat memecahkan masalah mereka dengan intervensi
ahli terapi yang minimal.
Teknik yang digunakan mendahului pemahaman. Karena menekankan pada
pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan
dalam menggunakan metode – metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa
bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi
juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama Meskipun
terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan terapis
eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas – tugas dan
tanggung jawab terapis. Psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap
hubungan manusia alih – alih system teknik. Para ahli psikologi humanistik
memiliki orientasi bersama yang mencakup hal – hal berikut (Gerald
Corey.1988:58) :
1.
Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
2.
Menyadari
peran dari tanggung jawab terapis.
3.
Mengakui
sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
4.
Berorientasi
pada pertumbuhan.
5.
Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
6. Mengakui bahwa putusan – putusan dan pilihan – pilihan akhir terletak di
tangan klien.
7. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit
menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
8. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
9. Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan
kebebasan klien.
Dalam
konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang mana sebelum
mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip kerja
teknik humanistik antara lain :
1)
Membina hubungan baik (good rapport)
2)
Membuat klien bisa menerima dirinya
dengan segala potensi dan keterbatasannya
3)
Merangsang kepekaan emosi klien
4)
Membuat klien bisa mencari solusi
permasalahannya sendiri.
5)
Mengembangkan potensi dan emosi positif
klien
6)
Membuat klien menjadi adequate
Teknik-teknik yang
digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
1.
Penerimaan
2.
Rasa hormat
3.
Memahami
4.
Menentramkan
5.
Memberi dorongan
6.
Pertanyaan terbatas
7.
Memantulkan pernyataan dan
perasaan klien
8.
Menunjukan sikap yang
mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
9.
Bersikap mengijinkan untuk
apa saja yang bermakna.
Menurut Akhmad Sudrajat teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan
dalam pendekatan ini yaitu teknik client centered
counseling, sebagaimana dikembangkan oleh
Carl R. Rogers. meliputi:
(1) acceptance (penerimaan)
(2) respect (rasa hormat)
(3) understanding (pemahaman)
(4) reassurance (menentramkan hati)
(5) encouragementlimited
questioning (pertanyaan
terbatas)
(6) reflection
(memantulkan pernyataan dan perasaan)
(7) memberi dorongan
Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan
konseli dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik,
mengambil keputusan yang tepat, mengarahkan diri mewujudkan dirinya.
Yang paling dipedulikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia
subyektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan
pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien pada saat itu,
dan bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu (May
&Yalom, 1989). Biasaya terpis eksistensial menggunakan metode yang mencakup
ruang yang cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga
dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses terapeutik.
Di satu sisi, mereka menggunakan teknik seperti desentisasi (pengurangan
kepekaan atas kekurangan yang diderita klien sehabis konseling), asosiasi
bebas, atau restrukturisasi kognitif, dan mereka mungkin mendapatkan pemahaman
dari konselor yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat teknik yang
dikhususkan atau dianggap esensial (Fischer & Fischer, 1983). Di sisi lain,
beberapa orang eksistensialis mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu
semua memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi.
Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal
menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif
menantang dan memahami klien.
10. Kelebihan dan Keterbatasan
Ø Kelebihan Eksistensial Humanistik
1)
Teknik ini dapat digunakan bagi klien
yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
2)
Adanya kebebasan klien untuk mengambil
keputusan sendiri.
3)
Memanusiakan manusia.
4)
Bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
5)
Pendekatan terapi eksistensial lebih
cocok digunakan pada perkembangan klien seperti masalah karier, kegagalan dalam
perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan
dari remaja menjadi dewasa
Hasil
pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan
konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers
dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk
dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan
pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu
individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
Rogers
menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang
dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang
benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor
bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan
kepada klien. Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi,
psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif
yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education).
Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan
melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan
keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanist.
Ø Kelemahan
Eksistensial Humanistik
1) Dalam
metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
2) Dalam
pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
3) Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi
masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
4) Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan
ketakpastian kapan berakhir, berapa jam dan berapa kali pertemuan
5) Memiliki
keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien yang rendah (
klien yang ekstrem yang membutuhkan penangan secara langsung)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas
dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita
lakukan. Yang paling diutamakan
dalam konseling eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien.
Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan
stimulus terjadinya perubahan yang positif. Ada tiga tahap dalam proses
konseling eksistensial-humanistik. Dan tidak ada teknik khusus yang digunakan dalam konseling
eksistensial-humanistik.
Kecocokannya untuk diterapkan di Indonesia terletak pada pendapat kalangan
eksistensial tentang kebebasan dan control dapat bermanfaat untuk menolong
klien menangani nilai-nilai budaya mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan
perilaku mereka.
B. Saran
Memiliki
kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang penting,dapat
mengarahkan hidup kita ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita harus
mengasah kemampuan (kreatifitas) kita secara baik berdasarkan pengalaman –
pengalaman pribadi kita di lingkungan.Kita dapat memahami dan mengetahui
hal-hal atau masalah klien kita nantinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Gerald, Corey.
1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung : PT ERESCO
Feist, Jess & Gregory
J Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mahasiswa BK.
2009. Model-Model Konseling. UMK
Misiak,
henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT
rafika aditama
Rahmasari,Diana.,2012. Peran
Filsafat Eksistensialisme terhadap Terapi Eksistensial-Humanistik untuk
Mengatasi Frustasi Eksistensial Volume 2 Nomor 2
Latipun. 2001.
Psikologi Konseling. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang
Rosjidan.
1988. Pengantar teori-teori konsleing. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sukardi, D.K.
1985. Pengantar teori konseling: suatu uraian ringkas, Jakarta Timur:
Ghalia Indonesia
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CD4QFjAD&url=http%3A%2F%2Fdigilib.sunan-ampel.ac.id%2Ffiles%2Fdisk1%2F214%2Fjiptiain--rizaamalia-10695-4-babii.pdf&ei=bllQUaz5OIzRrQempICgBg&usg=AFQjCNGhrNaw_hs2f2klI-wnrwkyQZKQVA&sig2=JlSp04lsi1yarqXFJr7_GQ&bvm=bv.44158598,d.bmk
www.psikomedia.com/article/pdf?id=2408
www.psikomedia.com/article/pdf?id=2408
Tidak ada komentar:
Posting Komentar