BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu
metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik.
Psikoanalisa jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran
adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Selain itu ,
psikoanalisa tidak lahir dari penelitian akademis , sebagaimana system-sistem
lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan
observasi yang dilakukan Freud bertujuan untuk menyusun berbagai
pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan. Formulasi-formulasi inilah
yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung
pada pengurangan ketegangan
Psikoanalisa merupakan psikologi
ketidaksadaran. Kesadarannya tertuju kearah bidang
motivasi,emosi,konflik,simptom-simptom neurotic,mimpi-mimpi dan sifat-sifat
karakter. Psikoanalisa dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari
kedokteran ,yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama psikoanalisa ialah
Sigmund Freud. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur
kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa .
B. Lingkup Psikoanalisa
1. Konsep Dasar Psikoanalisa
Freud
memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,
mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh
kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan
dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa
psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan. Freud
menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga
menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan
segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan
melingkar ke arah kematian.
Sumbangan
terbesar Freud adalah konsep-konsepnya tentang kesadaran dan ketidaksadaran yang
merupakan dasar atau kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah kepribadian.
Dengan kepercayaannya bahwa sebagian besar fungsi psikologis terletak di luar
kawasan kesadaran, maka sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat
motif-motif tidak sadar menjadi disadari. Dari perspektif ini, terapi adalah
upaya menyingkap makna gejala-gejala, sebab-sebab tingkah laku, dan
bagian-bagian yang direpresi yang menghalangi fungsi psikologis yang sehat.
Selain
kesadaran, kecemasan juga menjadi hal yang esensial untuk menggambarkan tentang
sifat manusia. Apabila tidak dapat mengendalikan kecemasan melalui cara-cara
yang rasional dan langsung maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak
relistis yaitu tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego. Freud menyakini
bahwa individu yang hati nuraninya berkembang baik cenderung merasa
berdosa apabila dia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral yang
dimilikinya.
Beberapa konsep dasar dari psikoanalisa diantaranya:
v
Manusia secara esensial
bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif, sehingga
perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan itu.
v
Manusia bersifat tidak
rasional, tidak sosial dan destruktif terhadap dirinyadan orang lain. Libido
mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan.
v
Di mana manusia
dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar,
kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh
peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari
kehidupan.
v
Alam sadar adalah bagian kesadaran
yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar.
Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari
berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
v
Alam prasadar yaitu bagian dasar
yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang
berfungsi
mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita
berusaha mengingatnya kembali.
v
Alam bawah sadar adalah bagian dari
dunia kesadaran yang terbesar dan sebagian besar yang terpenting dari struktur
psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya
yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan didalamnya.
v
Ketidakmampuan menaruh
kepercayaan pada diri sendiri dan pada orang lain.
v
Ketidakmampuan mengakui
dan mengungkapkan perasaan-perasaan benci dan marah, penyangkalan terhadap
kekuatan sendiri sebagai pribadi, dan kekurangan perasaan-perasaan otonom.
v
Ketidakmampuan menerima
sepenuhnya seksualitas dan perasaan seksual diri sendiri.
2.
Hakekat Manusia
Freud
memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,
mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh
kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan
dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa
psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan. Freud
menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga
menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan
segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan
melingkar ke arah kematian.
Sumbangan
terbesar Freud adalah konsep-konsepnya tentang kesadaran dan ketidaksadaran
yang merupakan dasar atau kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah
kepribadian. Dengan kepercayaannya bahwa sebagian besar fungsi psikologis
terletak di luar kawasan kesadaran, maka sasaran terapi psikoanalitik
adalah membuat motif-motif tidak sadar menjadi disadari. Dari perspektif ini,
terapi adalah upaya menyingkap makna gejala-gejala, sebab-sebab tingkah laku,
dan bagian-bagian yang direpresi yang menghalangi fungsi psikologis yang sehat.
Selain
kesadaran, kecemasan juga menjadi hal yang esensial untuk menggambarkan tentang
sifat manusia. Apabila tidak dapat mengendalikan kecemasan melalui cara-cara
yang rasional dan langsung maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak
relistis yaitu tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego. Freud
menyakini bahwa individu yang hati nuraninya berkembang baik cenderung
merasa berdosa apabila dia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral
yang dimilikinya.
Berdasarkan
dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang
hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
- Pengalaman masa kanak-kanak
mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
- Proses mental yang tidak
disadari mengintegrasi perilaku-perilaku
- Pada dasarnya manusia memiliki
kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan
agresivitasnya sejak lahir
- Secara umum perilaku manusia
bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari
kenikmatan
- Kegagalan dalam pemenuhan
kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
- Pembentukan simptom merupakan
bentuk defensif
- Apa yang terjadi pada
seseorang saat ini dihubungkan pada sebab-sebab di masa lampaunya dan
memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
- Latihan pengalaman di masa
kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi
dalam transferensi selama proses terapi.
3.
Hakekat Konseling
Secara
umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikonanalisa
hakikat konseling adalah agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang
kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampu
memilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego. Konseling
dalam pandangan psikoanalisis adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego
menjadi lebih realistik dan rasional.
v Id
Id merupakan dorongan biologis yang berada dalam ketidaksadaran
(dorongan nafsu) yang beroperasi menurut prinsip kenikmatan (pleasure
principle) struktur mental ini sudah ada sejak lahir (bawah sadar). Manusia
lahir membawa id, contohnya jika lapar kita menangis, mau mandi kita menangis.
Jadi id merupakan bagian yang paling primitif yang tediri dari kebutuhan
biologis dasar.
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (1994:64), Id
merupakan system kepribadian yang asli, id juga merupakan rahim tempat ego dan
superego berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis
diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk instink-instink. Freud menyebut
id sebagai “kenyataan psikis yang sebenarnya”.
Id tidak bisa menanggulangi peningkatan energi yang
dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan. Karena
itu, apabila tingkat tegangan organism meningkat, maka id akan bekerja
sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme
pada tingkat enegi rendah dan konstan serta menyenangkan.
Sumadi Suryabrata (2005:125), yang menjadi pedoman
dalam berfungsinya id ialah menghindari diri dari ketidakenakan dan mengejar
keenakan, pedoman ini disebut Freud sebagai “prinsip kenikmatan” atau “prinsip
keenakan”. Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai keenakan itu id
mempunyai dua cara (alat proses), yaitu:
a.
Refleks dan reaksi-reaksi
otomatis, seperti bersin, berkedip, dan sebagainya.
b.
Proses primer (primair vorgang),
seperti orang lapar maka akan membayangkan makanan. Proses primer menyangkut
suatu reaksi psikologis yang sedikit lebih rumit. Ia beruasaha menghentikan
tegangan dengan membentuk khayalan tenteng objek yang dapat menghilangkan
tegangan tersebut.
Proses primer tidak akan mampu mereduksi atau
mengurangi tegangan. Orang yang lapar tidak akan dapat memakan khayalan tentang
makanan. Karena itu, suatu proses psikologis baru atau sekunder berkembang, dan
apabila hal ini terjadi maka struktur system kedua kepribadian, yaitu ego mulai terbentuk.
v
Ego
Ego adalah struktur fikiran yang beroperasi menurut
prinsip kenyataan (reality principle), yang mengutamakan pemikiran logika dan
rasional (tahap sadar). Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme
memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif.
Orang yang lapar harus mencari, menemukan dan memakan makanan sampai tegangan
karena rasa lapar dapat dihilangkan.
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (1994:65),
perbedaan pokok antara id dan ego adalah bahwa id hanya mengenal kenyataan
subjektif-jiwa, sedangkan ego mebedakan antara hal-hal yang terdapat dalam
batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar. Ego bekerja berdasarkan prinsip
kenyataan, dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip
kenyataan adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang
cocok untuk pemuasan kebutuhan. Gerald Corey (2009:15) hubungan antara id dan
ego adalah ego tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi
dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id.
Proses sekunder merupakan adalah berfikir realistic.
Dengan proses sekunder, ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan
kemudian menguji rencana ini, yang biasanya melalui suatu tindakan, untuk
melihat apakah rencana itu berhasil atau tidak. Hal ini disebut pengujian
terhadap kenyataan (reality testing).
Ego disebut eksekutif kepribadian, karena ego
mengontrol pintu-pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana ia
akan memberi respon, dan memutuskan instink manakah yang akan dipuaskan dan
bagaimana caranya.
v Super ego
Super Ego itu Merupakan struktur yang terbentuk dari
komponen sosial dan moral, struktur ini bertanggung jawab menentukan tingkah
laku baik dan buruk,beroperasi menurut prinsip moral. Calvin S. Hall dan
Gardner Lindzey (1994:67), superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai
dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orang tua kepada
anaknya, dan dilaksanakan dengan cara memberi hadiah-hadiah atau
hukuman-hukuman. Superego adalah wewenang moral dari kepribadian, dia
mencerminkan yang ideal bukan yang real, dan memperjuangkan kesempurnaan dan
bukan kenikmatan. Perhatiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu
benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma
moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (1994:67),
fungsi-fungsi pokok superego adalah:
a.
Merintangi impuls-impuls id,
terutama impuls-impuls seksual dan agresif, karena inilah impuls-impuls yang
pernyataannya sangat dikutuk oleh masyarakat.
b.
Mendorong ego untuk menggantikan
tujuan-tujuan moralitas.
c.
Mengajar kesempurnaan.
v Denial / Penyangkalan
Penyangkalan
adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap kenyataan yang
mengancam. Individu mempunyai kecenderungan untuk menolak sejumlah aspek
kenyataan yang terlalu menyakitkan untuk diterima
v Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan
sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.
Dengan proyeksi, individu akan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang
dibuatnya sendiri, dan menyangkal bahwa dia memiliki dorongan negatif
v Fiksasi
Fiksasi yaitu terpaku/tetap pada
tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena individu memiliki kecemasan
untuk mengambil langkah ke tahap berikutnya. Anak yang memakai mekanisme
pertahanan fiksasi biasanya mempunyai hambatan dalam perkembangan dan menjadi
tidak mandiri
v Regresi
Regresi yaitu melangkah mundur ke
tahap perkembangan sebelumnya dimana tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar
v Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah menciptakan
alasan-alasan yang “baik” untuk menghindarkan ego dari cedera, memalsukan diri
sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan
v Sublimasi
Sublimasi yaitu menggunakan jalan
keluar yang lebih tinggi atau lebih dapat diterima secara sosial, mekanisme
pertahanan sublimasi ini lebih bersifat positif karena individu mencari jalan
lain bagi pengungkapan perasaan agresinya dengan cara yang lebih bermanfaat
v Displacement
Displacement adalah mengarahkan energi kepada
obyek atau orang lain ketika obyek asal tidak terjangkau
v Represi
Represi adalah melupakan peristiwa
traumatis yang bisa membangkitkan kecemasan, dengan menekannya ke alam bawah
sadar sehingga tidak lagi menjadi hal-hal yang menyakitkan. Represi merupakan
salah satu konsep Freud yang paling penting, karena merupakan dasar bagi
sebagian besar pertahanan ego yang digunakan individu
v Formasi Reaksi
Formasi reaksi adalah melakukan
tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar. Ketika
perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka individu berusaha
menampilkan tingkah laku yang berlawanan untuk menyangkal perasaan-perasaan
negatifnya.
v
Dinamika Kepribadian
Tingkat kehidupan mentaldan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau
komposisi kepribadian, tetapi kepribadian itu sendiri juga bertindak. Sehingga
Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan
kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Motivasi ini diperoleh dari
energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.
4.
Tujuan Konseling
Menurut Corey (2005), tujuan terapi
psikoanalisa adalah untuk membentuk kembali struktur karakter individu, dengan
cara merekonstruksi, membahas, menganalisa, dan menafsirkan kembali
pengalaman-pengalaman masa lampau, yang terjadi di masa kanak-kanak. Membantu
konseli untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal
yang tidak disadari menjadi disadari oleh konseli. Secara spesifik, membawa konseli dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran)
yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual, menghidupkan
kembali masa lalu konseli dengan menembus konflik yang ditekan, memberikan
kesempatan kepada konseli untuk
menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
5.
Karakteristik Konseling
Satu karakteristik konseling ini adalah bahwa
terapi atau analisa bersikap anonim(tak dikenal) dan bertindak dengan sangat
sedikit menunjukan perasaan dan pengalamanya, sehingga dengan demikian klien
akan memantulkan perasaanya kepada konselor. Konselor terutam berkenaan dengan
membantu klien mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan berhubungan pribdi
yang lebih efektif, dalam menghadapi kecemasan melaui cara-cara realistis.
6.
Peran Dan Fungsi Konselor pada Psikoanalisa
Peran Konselor pada Psikoanalisa
a. Peran utama
konselor dalam konseling ini adalah membantu klien dalam mencapai kesadaran
diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi
kecemasan melalui cara-cara yang realistis.
b. Konselor
membangun hubungan kerja sama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian
kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
c. Konselor
memberikan perhatian kepada resistensi klien
d. Fungsinya
adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam
ketidaksadaran.
Karakteristik
konselor dalam psikoanalisa adalah membiarkan dirinya anonim serta hanya
berbagi sedikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada konseli. Peran
utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai
kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam
menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka
memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya yang impulsif dan irasional.
Konselor
membangun
hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan
mendengarkan dan menafsirkan. Konselor juga memberikan perhatian kepada resistensi konseli untuk mempercepat
proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Sementara konseli berbicara,
konselor berperan mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran-tafsiran
terhadap informasi konseli, konselor juga harus peka terhadap isyarat-isyarat
non verbal dari konseli. Salah satu fungsi utama konselor adalah mengajarkan
proses arti proses kepada konseli agar mendapatkan pemahaman terhadap masalahnya
sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah, sehingga
konseli mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.
FUNGSI
KONSELOR :
l Berusaha
membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam
melakukan hubungan personal
l Menangani
kecemasan secara realistis
l Memperoleh
kendali atas tingkah laku yang implisit dan irasional
l Mendorong pemindahan perasaan
7.
Hubungan Konselor Dengan Klient
Dalam konseling psikoanalisis
terdapat 3 bagian hubungan konselor dengan klien, yaitu aliansi, transferensi,
dan kontratransferensi :
a.
Aliansi yaitu sikap klien
kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis (merupakan
prakondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling).
b. Transferensi
1) pengalihan segenap pengalaman klien
di masa lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya, yang ditujukan kepada
konselor
2) merupakan bagian dari hubungan yang
sangat penting untuk dianalisis
3) membantu klien untuk mencapai
pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,
menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya
dengan masa lalunya.
c.
Kontratransferensi
Yaitu kondisi dimana konselor
mengembangkan pandangan-pandangan yang tidak selaras dan berasal dari
konflik-konfliknya sendiri. Kontratransferensi bisa terdiri dari perasaan tidak
suka, atau justru keterikatan atau keterlibatan yang berlebihan, kondisi
ini dapat menghambat kemajuan proses konseling karena konselor akan lebih
terfokus pada masalahnya sendiri. Konselor harus menyadari perasaaannya
terhadap klien dan mencegah pengaruhnya yang bisa merusak. Konselor diharapkan
untuk bersikap relatif obyektif dalam menerima kemarahan, cinta, bujukan,
kritik, dan emosi-emosi kuat lainnya dari konseli.
8.
Tahap Konseling
Pertama-tama konselor harus membuat suatu
hubungan kerjasama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan
mendengarkan dan menafsirkan. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi
atau penolakan klien. Sementara klien berbicara, konselor mendengarkan dan
memberikan penafsiran yang memadai fungsinya adalah pempercepat proses
penyadaran hal-hal yang tersimapan dalam ketidaksadaran.
Menata proses teraputik
yang demikian dalam konteks pemahaman struktur kepribadian dan psikodinamika
memungkinkan konselor merumuskan masalah klient secara yang sesungguhnya. Sebab
satu fungsi sentral konselor adalah mengajar klient mengenal makna proses ini
sehingga klient dapat memperoleh tilikan terhadap masalahnya, peningkatan
kesadarannya terhadap cara-cara mengubah dan mendapatkan kontrol yang lebih
rasional terhadap hidupnya.
Klient harus ada
kemauan untuk menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam
jangka panjang. Setiap pertemuan biasanya berlangsung satu jam. Setelah
beberapa pertemuan tatap muka dengan konselor, klient kemudian melakukan
kegiatan asosiasi bebas, yaitu klient mengatakan apa saja yang terlintas dalam
pikiranya. Proses asosiasi bebas ini dikenal sebagai aturan yang fundamental
dalam psikoanalisa.
Selama terapi, klient
maju melalui tahapan-tahapan tertentu yaitu: pengembangan suatu hubungan dengan
analisis, mengalami krisis penyembuhan, mendapatkan tilikan terhadap pengalaman
masa lampau yang tidak disadari, pengembangan resistensi untuk memahami diri
sendiri, pengembangan hubungan transparansi dengan konselor, bekerja dengan
hal-hal yang resistensi dan tertutup, dan mengakhiri terapi.
9.
Teknik Konseling
- Asosiasi bebas
Teknik pokok dalam terapai
psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk
menjernihkan pikiranya adari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk
mengatakan apa yang muncul dalam kesadaranya. Yang pokok, adalah klien
mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan
secepatnya tanpa sensor.
Metode ini adalah metoda pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu.
Metode ini adalah metoda pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu.
Asosiasi bebas adalah satu metode
pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan
dengan situasi traumatic di masa lalu. Hal ini dikenal sebagai kataris. Kataris
secara sementara dapat mengurangi pengalaman klient yang menyakitkan, akan
tetapi tidak memegang peranan utama dalam proses penyembuhan. Sebagai suatu
cara membantu klient memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri, konselor
menafsirkan makna-makna yang menjadi kunci dari asosiasi bebas. Selama asosiasi
bebas tugas konselor untuk mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci
dalam ketidaksadaran. Urutan asosiasi membimbing konselor dalam pemahaman
kaitan klient membuat peristiwa-peristiwa. Konselor menafsirkan materi kepada
klient, membimbing kearah peningkatan tilikan kedalam dinamika dirinya yang
tidak disadari.
- Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan
dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis resistensi dan analisis
transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan
mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi
bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi
adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses
menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan
hal-hal yang tidak disadari klient.
Hal yang penting adalah bahwa
interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu yang tepat karena kalau tidak
klient dapat menolaknya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam
interpretasi sebagai teknik terapi. Pertama, interpretasi hendaknya disajika
pada saat gejala yang diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yang
disadari klient. Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permulaan
dan baru menuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional
klient. Ketiga, menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum
menginterpretasikan emosi atau konflik.
- Analisis mimpi
Merupakan prosedur yang penting
untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh
tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur pertahanan
menjadi lebih lemah dan perasaan-perasaan yang tertekan muncul kepermukaan.
Freud melihat bahwa mimpi sebagai “royal road to the uncouncious” dimana
didalam mimpi semua keinginan, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari
diekspresikan. Beberapa motivasi yang tidak diterima oleh orang lain,
dinyatakan dalam simbolik daripada secara terbuka dan langsung.
- Resistensi
Freud memandang resistensi sebagai
suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan
terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada
bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.
- Transferensi
Transferensi
(pemindahan).transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada
saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan
orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis
sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun.
10.
Kelebihan Dan Keterbatasan Konseling
Kelebihan dari pendekatan ini
adalah:
- Penggunaan terapi wicara
- Kehidupan mental individu
menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan
penderitaan manusia.
- Pendekatan ini dapat mengatasi
kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan
transferensi-trasnferensi.
- Pendekatan ini memberikan
kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta
untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.
Kelemahan dari pendekatan ini
adalah:
- Pandangan
yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
- Terlalu banyak menekankan
kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan
oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah
tanggung jawab individu berkurang.
- Cenderung
meminimalkan rasionalitas.
- Kurang efisien dari segi waktu
dan biaya.
BAB III
Penutup
- Kesimpulan
Psiko analisa merupakan suatu metode
penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikologis terkait
dengan tradisi Jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif,
dinamis dan bergerak dengan sendirinya.
Psiko analisis merupakan psikologi
ketidaksadaran, perhatiannya tertuju ke arah motivasi, emosi, konflik,
simptom-simptom neurotik, mimpi-mimpi dan sifat-sifat karakter. Teori ini lebih
mengedepankan agar seorang konselor mampu menggali pengalaman-pengalaman yang
terjadi pada seorang klien sehingga dapat merekonstruksi kepribadian konseli
tersebut.
Adapun teknik teknik dasar konseling
psiko analisa adalah sebagai berikut:
Ø
Asosiasi bebas
Ø
Interpretasi
Ø
Analisis mimpi
Ø
Analisis dan interpretasi
transferensi
Ø
Analisis dan interpretasi
resistensi
Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, tidak rasional, tidak sosial
dan destruktif terhadap dirinya dan orang lain.
- Saran
Diharapkan
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman dalam melakukan pendekatan
psiko analisis terapi kepada klien di kemudian hari dan diharapkan penulisan
makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman secara mendalam mengenai pendekatan psiko analisis terapi.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar